BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian
konflik
Konflik adalah salah satu bentuk ketidakserasian yang disebabkan oleh
tidak sejalannya pemikiran antar kedua belah pihak yang terlibat antar hubungan
interpersonal.
Pengertian Konflik Menurut para ahli Suatu
masalah dalam lingkungan sosial yang disebabkan adanya beberapa perbedaan cara
pandangan yang terjadi dalam lingkungan berrumah tangga, masyarakat
bahkan sebuah negara.
Pengertian Konflik menurut seorang
pakar bernama Robbins, Konflik merupakan sebuah proses yang diawali dengan
adanya salah satu dari kedua belah pihak yang merasa tersakiti ataupun memiliki
negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain.
Seorang pakar yang lain bernama bernama
Alabaness, dirinya berpendapat bahwa Pengertian Konflik merupakan suatu
kondisi yang muncul antara pihak-pihak atau masing masing orang karena
merasakan adanya sebuah ketidaksesuaiaantara tujuan dan peluang untuk
mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
Bisa kita tarik kesimpulan dari kedua
penjelasan diatas, bahwa pengertian Konflik merupakan perbedaan presepsi antara
satu orang dengan orang lain sehingga menimbulkan perpecahan antara kedua belah
pihak yang bertikai.
2. Cara Menangani Konflik
Cara menanggani Konflik itu tidak bisa dihindari di dalam organisasi karena
sasaran, nilainilai dan kebutuhan dari kelompok dan individu itu tidak selalu
sama. Konflik mungkin adalah suatu tanda dari sebuah organisasi yang sehat.
Kesepakatan lunak tentang semua hal akan menjadi tidak natural dan melemahkan.
Seharusnya akan selalu ada perselisihan
ide tentang tugas-tugas dan proyek-proyek, dan ketidak-sepakatan seharusnya
tidak di tekan. Semua itu seharusnya di bawa ke ruang terbuka karena itu adalah
satu-satunya cara untuk memastikan bahwa isu-isu dijelajahi dan konflik-konflik
diatasi.
Terdapat yang namanya
konflik kreatif – ide-ide, wawasan, pendekatan dan solusi baru bisa dihasilkan
melalui pengamatan bersama terhadap berbagai sudut pandang yang berbeda, selama
itu didasarkan pada pertukaran informasi dan ide-ide yang objektif dan
rasional.
Tapi konflik menjadi kontra
produktif saat di dasarkan pada perbedaan kepribadian, atau saat diperlakukan
sebagai kekacauan yang tidak pantas dan perlu segera di hilangkan, bukannya
sebagai masalah untuk di atasi. Penuntasan konflik bisa berkaitan dengan
konflik antar kelompok atau antar individu.
Pihak ketiga harus
menghindaari godaan untuk mendukung atau tampak mendukung salah satu pihak.
Mereka seharusnya mengadopsi suatu pendekatan konseling, sebagai berikut:
- Mendengarkan secara
aktif.
- Mengamati sambil
mendengarkan.
- Membantu
orang-orang memahami dan mendefinisikan masalah dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan relevan yang berujung terbuka.
- Mengakui
perasaan-perasaan dan mengijinkan untuk di ekspresikan.
- Membantu orang-orang
mendefinisikan masalah untuk diri mereka sendiri.
- Mendorong
orang-orang untuk menjelajahi solusi alternatif.
- Membuat
orang-orang mengembangkan sendiri penerapan rencana-rencana tapi
memberikan nasehat dan membantu jika di minta.
3. Strategi Dalam Mengatasi Konflik
Walaupun suatu konflik juga dapat memberikan
kontribusi positif dalam suatu hubungan, beberapa kalangan memilih untuk
meminimalisir terjadinya konflik. Mereka mungkin tidak yakin dapat
menyelesaikan konflik itu dengan baik, atau mungkin untuk menjaga suatu
hubungan agar tampak selalu ada hambatan dan sebagainya. Konflik dapat dicegah
atau dikelola dengan beberapa cara antara lain:
A. Win-Lost Strategi
Dalam strategi ini masing-masing pihak ingin mengalahkan pihak yang lain
dengan mengambil tindakan yang menguntungkan dirinya dan merugikan orang lain.
B. Lost-Lost Strategi
Penyelesaian dengan cara ini didasari perasaan untuk melampiaskan
kemarahan dengan melakukan tindakan yang merugikan kedua belah pihak.
C. Win-Win Strategi
Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini berusaha menciptakan suasana
yang memberikan kesan bahwa tidak ada pihak yang kalah dengan berusaha
meyelamatkan muka pihak lain
Masing-masing
setiap orang memiliki strategi dalam mengatasi masalah. Strategi-strategi
tersebut merupakan hasil belajar yang dimulai sejak usia kanak-kanak, biasanya
akan bekerja secara otomatis dan kita biasanya tidak menyadari cara bertingkah
laku kita dalam situasi-situasi konflik atau berlansung secara spontan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Contoh
Konflik
Pembabatan
hutan adat di Kalimantan Tengah terus berlangsung seperti terjadi di kawasan
hutan Tamanggung Dahiang di Desa Tumbang Dahui, Kecamatan Katingan Hulu,
Kabupaten Katingan pada bulan awal Nopember 2002. Kejadian ini sebenarnya telah
diketahui oleh seorang tokoh desa bernama Salin R. Ahad yang kemudian
permasalahan ini dilaporkan ke Polda, Kejaksaan Tinggi, dan DPRD Propinsi
Kalteng yang dianggap menginjak-injak harga diri masyarakat adat dan
hukum-hukum adat setempat. Kemudian tokoh desa itu juga mengungkapkan
keterlibatan oknum-oknum BPD (Badan Perwakilan Desa) yang ikut membekingi dan
melakukan pembabatan hutan adat tersebut.
Kejadian
yang hampir sama terjadi pada pertengahan bulan Juni 2002. 189 warga desa di
wilayah Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara menuntut HPH PT. Indexim
dan PT. Sindo Lumber telah melakukan pembabatan hutan di kawasan Gunung Lumut.
Kawasan hutan lindung Gunung Lumut di desa Muara Mea itu oleh masyarakat
setempat dijadikan kawasan ritual sekaligus sebagai hutan adat bagi masyarakat
dayak setempat yang mayoritas pemeluk Kaharingan. Sebelum kejadian ini telah
diadakan pertemuan antara masyarakat adat dan HPH-HPH tersebut.
Namun
setelah sekian lama ternyata isi kesepakatan tersebut telah diubah oleh HPH-HPH
itu dan ini terbukti bahwa perwakilan-perwakilan masyarakat adat dengan tegas
menolak dan tidak mengakui isi dari kesepakatan itu.
Selain itu,
konflik yang terjadi antara mayarakat desa Tumbang Dahui denga perusahaan
PT.Indexin dan PT.Sindo Lumber disebabkan dengan hal-hal seperti berikut:
Masalah tata
batas yang tidak jelas dari 2 belah pihak
Pelanggaran
adat yang disebabkan perusahaan tersebut
Ketidakadilan
aparat hukum dalam menyelsaikan persoalan
Hancurnya
penyokong antara masyarakat adat dan masyarakat hutan akibat rusak dan
sempitnya hutan
Tidak ada
kontribusi positif pengelola hutan dengan masyarakat adat dan masyarakat di
sekitar hutan.
Perusahaan
tidak melibatkan masyarakat adat dan masyarakat disekitar hutan dalam
pengusahaan hutan.
Seharusnya,aparat
keamanan yang bertugas melindungi masyarakat bisa menindak lanjuti kedua
perusahaan tersebut,karena perusahaan PT.Indexin dan PT.Sindo Lumber telah
melanggar tentang pengelolaan hutan.Kedua perusahaan tersebt telah membabat
habis hutan di kawasan gunung lumut tersebut, apalagi hutan tersebut merupakan
hutan lindung. Selain itu aparat kemanan juga dapat menangkap oknum BPD
tersebut, karena oknum tersebut terlibat langsung dalam kerjasama dengan kedua
perusahaan tersebut. Oknum ini harusnya menghalangi tindakan kedua perusahaan
tersebut dalam pembabatan hutan.
Agar menghindari konflik dengan masyarakat
sekitar,perusahaan juga seharusnya bersikap baik dalam lingkumgan
sekitar.Seperti tidak melakukan pembabatan hutan lindung. Lalu jika melakukan
penebangan pohon di hutan, harus melakukan reboisasi(penanaman ulang pohon).
Hormat kepada masyarakat sekitar dan adat dan berlaku, karena masyarakat
Kalimantan terkenal dengan adatnya yang harus di jaga secara turun menurun.
Jika hal itu dilakukan oleh perusahaan, mungkin tidak ada yang namanya konflik
eksetrnal.
2.
Pihak Yang Berkonflik
Warga Desa dengan
HPH PT.
Indexim dan PT. Sindo Lumber
3.
Penyebab konflik
Pembabatan hutan adat di Kalimantan Tengah di kawasan hutan Tamanggung Dahiang di Desa Tumbang Dahui,
Kecamatan Katingan Hulu, Kabupaten Katingan pada bulan awal Nopember 2002.
4. Penyelesaian
konflik
masyarakat
sekitar,perusahaan juga seharusnya bersikap baik dalam lingkumgan
sekitar.Seperti tidak melakukan pembabatan hutan lindung. Lalu jika melakukan
penebangan pohon di hutan, harus melakukan reboisasi(penanaman ulang pohon).
https://nidafe.wordpress.com/2013/12/25/contoh-konflik-dalam-organisasi-dan-penyelesaiannya/
https://nidafe.wordpress.com/2013/12/25/contoh-konflik-dalam-organisasi-dan-penyelesaiannya/
A. Anditha Sari,
S.Kom, S.Sos, M.I.Kom Komunikasi antar Pribadi, Yogyakarta: Deepublish, April 2007